Penerbit: JAKMI - LESBUMI. Alamat Redaksi: Menteng Raja 24 A, Djakarta. Pemimpin Umum: Naziruddin Naib. Wakil Pemimpin Umum: Darsjaf Rachman. Pemimpin Redaksi: Drs. H. Asrul Sani. Penanggung Djawab: Anas Ma'ruf. Dewan Redaksi: H. Usmar Ismail; Darsjaf Rachman; Baharudin M.S.; Drs. Masjhudi; H.B. Jassin; H. Rosihan Anwar; H. Misbach Jusa Biran; S.M. Ardan. Sekretaris Redaksi: Chairul Anam.
Terbit bulanan. Motto: Sastra, Seni dan Pemikiran. Ini termasuk majalah penting pada zamannya. Isinya ada puisi, cerita pendek, analisis seni, dan pemikiran tentang kebudayaan.
Dalam edisi ini, misalnya, ada puisi karya Ajip Rosidi. Lalu Drs. Samaun menulis dengan judul "Napas Ketuhanan Dalam Pusisi Indonesia Moderen, Periode Sebelum Perang".
Majalah yang tampak di blog adalah No. 2/Tahun I/1967. Harga: Rp. 20,- Sketsa Kulit: Sri Widodo.
Catatan:
Sebagian orang
lebih mengenail Asrul Sani, Pemimpin Redaksi Majalah ini, sebagai penulis cerita, sutradara, dan skenario film. Namun
Asrul Sani sebenarnya juga salah satu pelopor sastra Angkatan 45. Bahkan juga pernah
menjadi politisi. Ia mempunyai banyak kemampuan, seperti menulis puisi, menulis cerita
pendek dan esai, menerjemah,
menulis
lakon teater dan skenario film, menjadi sutradara teater
dan film serta sinetron. Ia juga menjabat banyak jabatan, yaitu dosen
teater ATNI, anggota DPR-MPR mewakili NU dan PPP, pejuang di Laskar Rakyat di
awal revolusi, ketua dan anggota Dewan Kesenian Jakarta, Rektor IKJ, dan
anggota Akademi Jakarta. Pendek kata, Asrul adalah manusia
langka yang banyak fasetnya dan pandai dalam banyak hal, multi-faceted and versatile.
Asrul lahir di Rao. Sebuah daerah di
sebelah utara Sumatera Barat, pada tanggal 10 Juni 1926. Ayahnya adalah seorang
raja adat yang bergelar “Sultan Marah Sani Syair Alamsyah Yang Dipertuan Sakti Rao Mapattunggal
Mapapatcancang Raja Adat”.
Cita-citanya
menjadi insinyur dan menempuh pendidikan di Taman Siswa, Jakarta. Di kelas
ia duduk sebangku dengan Pramoedya Ananta Toer. Sedangkan di luar sekolah, ia bergaul dengan beberapa seniman
ternama seperti; Chairil Anwar, Rivai Apin, Cornel Simandjuntak, dan lain-lain. Kemudian, Asrul melanjutkan pendidikannya ke
Sekolah Dokter Hewan di Bogor (sekarang Institut Pertanian Bogor). Satu-satunya
sekolah yang luput dari kebijakan tentara Jepang menutup sarana pendidikan saat
itu. Asrul menjadi dokter
hewan alumnus IPB yang tidak pernah membuka praktek sebagai dokter hewan. Ia
malah asyik terjun ke dunia sastra, drama panggung, film dan politik. Namun
berkat totalitasnya dan dedikasinya dalam dunia kesenian dan kebudayaan, Asrul
pada tahun 2000 menerima penghargaan Bintang Mahaputra Utama dari Pemerintah
RI.
Pada
tanggal 11 Januari 2004 pukul 22.28 WIB, Asrul Sani meninggal dunia dalam usia
76 tahun, akibat komplikasi penyakit yang dideritanya. Ia meninggal di
kediamannya, Kompleks Warga Indah, Jl. Atthahiriyah No. 4C, Pejaten, Jakarta
Selatan. Sebelum dimakamkan, jenazah Asrul sempat disemayamkan di Galeri Cipta
II Taman Ismail Marzuki (TIM). Jenazah Asrul Sani dimakamkan
secara militer di Taman Pemakaman Umum Menteng Pulo, Menteng, Jakarta Pusat.
Pasalnya, semasa revolusi 1945-1950, Asrul pernah tergabung dalam TNI Pasukan
001.
Sebagai penerima
penghargaan Bintang Mahaputra Utama dari Pemerintah RI, Asrul tentu berhak dimakamkan di Taman Makam
Pahlawan Kalibata. Namun ia berpesan ke Mutiara Sani, istrinya, untuk dimakamkan di Tempat
Pemakaman Umum Menteng Pulo, Jakarta Selatan dengan alasan, sambil bercanda
tentunya setahun sebelumnya, ‘masak sampai detik terakhir, kita masih mau
diatur negara’.KA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar