Jumat, 03 Agustus 2012

Majalah Lama: "Sin Tit Po" Tahun 1938


Bureau
: Bibisovervaart 3, Soerabaia.

Berisi tulisan-tulisan yang cukup bermutu dari tokoh-tokoh nasional. Dalam edisi ini, misalnya, ada tulisan dari Mohammad Hatta dengan judul: "Eenige Grondtrekken Van Den Economischen Wereldbouw (Slot)". Lalu C. Cornelis menulis dengan judul: "Crisis-En Herstel - Problemen". Dan lain-lain. Seluruh isisnya ditulis dalam bahasa Belanda.

Majalah yang tampak di blog adalah (no edisisanya hilang)/Tahun 1/October 1938.

Tak ada keterangan tentang susuanan redaksi majalah ini,. Namun, kita tahu, majalah ini pernah dipimpin oleh Kwee Thiam Tjing pada 1931. Juga pernah dipimpin oleh Liem Koen Hian.

Catatan:

Seperti tertulis dalam buku Tokoh-Tokoh Etnis Tionghoa di Indonesia oleh Sam Setyautama, Liem Koen Hian ditulis lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada 1896. Ia pernah beklerja di perusahaan minyak Shell sebagai juru tulis, lalu pindah ke surat kabar Penimbangan.

Ia kemudian merantau ke Surabaya dan menjadi redaksi Tjhoen Tjhioe (1915-1916) dan Soo Liem Po' (1917). Dari Surabaya ia kemudian ke Aceh, lalu ke Padang menjadi redaksi Sinar Soematra (1918-1921). Kemudia ia kembali ke Surabaya memimpin Pewarta Soerabaia (1921-1925).

Dia tinggalkan nasionalisme Tiongkoknya sekitar tahun 1920, menjadi nasionalisme Indonesia. Ide-ide nasionalismenya terlihat dalam harian-harian yang dipimpinannya seperti Soeara Poebliek (Surabaya 1925-1929); Sin Jit Po (1929-1932); dan Sin Tit Po (1939), dan Kong Hoa Po (Jakarta 1937-1938).

Pada September 1932, bersama Kwee Thiam Tjing, Ong Liang Kok dan lain-lain, ia mendirikan Partai Tionghoa Indonesia (PTI) yang berdampingan dengan kaum nasionalisme Indonesia, berjuang mencapai kemerdekaan. Ia menjadi ketua pertama PTI (1932-1933).

Ia pindah ke Jakarta untuk sekolah hukum di RHS Jakarta, sambil bekerja di surat kabar Siang Po dan Panorama. Setelah gagal dalam pemilihan Volksraad, ia tinggalkan PTI dan masuk GERINDO pimpinan Amir Sjarifuddin. Sikapnya yang anti Jepang terlihat dalam tulisannya dan menyebabkan ia sempat ditahan. Setelah dilepaskan, ia menjadi anggota BPUPKI yang diketua Ir. Soekarno.

Setelah Indonesia merdeka, ia menjadi anggota KNIP Pusat 91946) dan anggota delegasi Perundingan Renville (1947) yang dipimpin Amir Sjarifuddin.

Beberapa waktu kemudian ia meninggalkan dunia politik dan mendirikan apotik di Jalan Tanah Abang Bukit dan di Medan. Dalam perjalanan ke Medan, ia mendapat serangan jantung dan meninggalmpada 5 November 1952.

N

Tidak ada komentar:

Posting Komentar